FOTO: Ditemukan, Hiu Banteng Berkepala Dua

Hiu banteng berkepala dua
Sumber :
  • sharkdefense.com
VIVAnews -
Chelsea Proteksi Raheem Sterling dari Hinaan Fans
Peneliti kelautan di Michigan State University telah mengonfirmasi, bahwa telah ditemukan hiu banteng berbadan satu dengan dua kepala untuk pertama kalinya. Dan, ikan ini bukan kembar siam.

Heboh Dugaan TPPO, Begini Pengakuan Mahasiswa Unnes saat Ikuti Ferienjob di Jerman

Menurut Michael Wagner, salah seorang peneliti, spesimen yang ditemukan di Teluk Meksiko pada tahun 2011, merupakan contoh dicephalia pertama dari hiu banteng.
Putra Tamara Bleszynski Ditabrak Orang Tak Bertanggung Jawab di Depan Rumah


"Ini adalah salah satu fenomena yang menarik dan jarang terdeteksi," katanya, seperti dilansir
Scienceagogo,
26 Maret 2013.


"Sangat penting untuk dicatat dalam sejarah alam dunia. Tapi, kami harus menemukan lebih banyak spesies ini sebelum menarik kesimpulan," jelasnya.



Namun, peneliti mengakui sulit dalam menemukan fenemonena ini, sebab rata-rata makhluk dengan kelainan akan mati tak lama setelah lahir. Pada kasus ini, seorang nelayan menemukan hiu berkepala dua saat membuka perut hiu dewasa di Florida Keys, AS.


"Anda akan banyak melihat kasus serupa pada kadal dan ular," tutur Wagner. "Ini disebabkan organisme mereka sering dibesarkan di penangkaran, dan peternak lebih cenderung mengamati anomali," imbuhnya.


Untuk memecah misteri ini, Wagner pun mengamatinya dengan teknologi pencitraan resonansi magnetik, atau populer dengan sebutan
magnetic resonance imaging
(MRI). Hasilnya, tanpa merusak spesimen unik, MRI mengungkapkan ada dua kepala yang berbeda, sementara hati dan perut tetap satu hingga membentuk satu ekor ke belakang.



Wagner mencatat, ada kemungkinan temuan spesies ini merupakan hiu banteng yang cacat sebagai implikasi dari polutan. "Mengingat saat hiu unik ini ditemukan berada di dekat tumpahan minyak Horizon Deepwater. Saya tahu, beberapa orang langsung ingin menarik kesimpulan itu," tuturnya.


"Tetapi, langsung mengambil kesimpulan tanpa bukti tentu tidak beralasan. Kami belum memiliki cukup bukti untuk mengatakan bahwa fenomena ini adalah hasil dari polusi," pungkas Wagner. (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya