Peran Penting Bir dalam Kehidupan Mesir Kuno

Suporter dengan bir di lapangan
Sumber :
  • flickr

VIVAnews - Minuman beralkohol ini dinikmati oleh orang dewasa dan anak. Bahkan, bir menjadi minuman pokok bagi rakyat jelata Mesir. Minuman ini digunakan dalam pola makan bagi kalangan kelas atas Mesir yang kaya. Para dewa pun sering disuguhkan persembahan bir.

Kerbau Albino Diundang ke Gedung Pemerintah, Harganya Rp7,8 Miliar

Dalam sebuah penawaran traadisional, bir menjadi satuan rumusan. Upah para pekerja sering dibayarkan dengan bir. Misalnya, di sebuah desa pekerja di daerah Giza. Pekerja menerima bir tiga kali sehari sebagai bagian dari jatah mereka.

Bir sering dikenal sebagai Hqt, heqet atau heket. Miras ini juga dikenal dengan tnmw atau tenemu. Ada juga jenis bir yang dikenal sebagai haAmt atau kha-ahmet. Penentu dari kata Hqt (bir) adalah sebuah kendi bir.

Ada beberapa bukti penggunaan bir sebagai bahan makanan pokok. Bir Mesir kuno tidak begitu memabukkan. Bahkan, bir Mesir kuno justru bergizi, kental, dan manis.

Bir juga bisa sama memabukkan seperti anggur Mesir. Peserta dalam Festival Bast (dewi paling populer di Mesir), Sekhmet (salah satu dewa tertua Mesir), dan Hathor (salah satu dewi terpopuler di Mesir) akan sangat mabuk. Kondisi mabuk itu bagian dari ibadah mereka kepada dewa.

Terdakwa Yosep Subang Diadili Bunuh Istri dan Anak Demi Uang, Korban Dibacok Pakai Golok

Sebuah mitos yang populer menceritakan cara bir menyelamatkan kemanusiaan saat Sekhmet. Bir berperan sebagai 'Eye of Ra', simbol kekuatan destruktif yang dihubungkan dengan panas terik matahari. Dia telah tertipu untuk minum bir berwarna yang dikira darah. Akhirnya, dia menjadi sangat mabuk dan pingsan selama tiga hari.

Meskipun ketiga dewi di atas erat terkait dengan bir, namun dewi bir
Mesir kuno adalah Tjenenet. Dialah istri dari Dewa Elang Matahari dan Dewa
Perang.

Menurut legenda, salah satu dari sembilan dewa Mesir Kuno yang terkait penciptaan Mesir Bawah, Osiris, mengajarkan seni pembuatan bir Mesir kuno. Proses peragian bir secara tradisional bukan aktivitas bagi perempuan secara khusus. Tapi, mereka bisa mendapatkan sedikit uang tambahan atau barter barang bagi mereka maupun keluarga mereka.

Bahan utama dalam bir Mesir kuno adalah roti yang terbuat dari adonan
beragi yang penuh, termasuk gandum. Roti itu dipanggang ringan dan hancur menjadi potongan-potongan kecil sebelum disaring melalui
saringan dengan air. Rasa bir ditambahkan dalam bentuk tanggal dan campuran fermentasi dalam tong besar. Setelah proses itu, bahan disimpan dalam guci besar.

Ada juga bukti bahwa bir diseduh dari gerst atau sejenis beras dan gandum merah keras. Bahan dipanaskan dan dicampur dengan ragi serta gandum mentah sebelum fermentasi untuk menghasilkan bir.

Naskah kuno memuat tentang kendi bir dalam pembahasan berikut:

"Htpt" ("hotepet" - sebuah mangkuk untuk persembahan roti)

"Iaw r" (sarapan)

Bank Muamalat Cetak Laba Rp 14,1 Miliar pada 2023, Aset Tumbuh 9 Persen

"Athw" ("atkhu" - bir)

"SWR" ("sur" - minuman)

"Hmu" ("hemu" - pembayaran untuk pekerjaan)

"AWT" ("ahut" - gifs, makanan)

"HTP ntr" ("hotep Netjer" - persembahan dewa)

"Hbbt" ("khabbit" - jar)

"STT" ("sejet" - jar bir)

"Hnw" ("henu" - harta, barang)

"St ht" dan "SAbw" ("set khet", "shahbu" - makan)

"IrTt" ("irtjet" - susu)

"MHR" ("Meher" - jar susu)

"WdHw" dan "HTP" ("wedhu", "hotep" - penawaran)

"Msyt" ("mesyut" - makan malam)

Menurut Ancient Egypt Online, bir juga menonjol dalam literatur sastra Mesir. Dalam prasasti tertanggal sekitar 2200 SM disebutkan, "Mulut pria yang sangat puas adalah mulut yang penuh dengan bir."

Ada lagi dalam naskah kuno "Instruksi Ani" menulis, "Ibumu mengirimmu ke sekolah ketika kamu sudah siap untuk diajarkan menulis, dan dia menunggumu setiap hari di rumah dengan roti dan bir."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya