Makan Banyak Cokelat, Bisa Raih Nobel?

Cokelat swiss
Sumber :
  • istockphoto

VIVAnews -- Ini mungkin terdengar terlalu mengada-ada, namun sebuah studi terbaru mengaitkan kebiasaan makan cokelat dengan penghargaan prestisius, Nobel. Studi menunjukkan, negara-negara yang memiliki konsumsi cokelat terbanyak, memiliki jumlah peraih Nobel tertinggi secara perkapita.

Ini bukan penelitian kacangan, kehebatan muluk "emas hitam" itu dipublikasikan di salah satu jurnal medis paling bergengsi di dunia, New England Journal of Medicine.

Swiss, negara penghasil cokelat, ada di urutan tertinggi negara peraih Nobel secara perkapita, diikuti Swedia dan Denmark. Sementara Amerika Serikat berada di tengah-tengah. AS harus meningkatkan konsumsi cokelat 125 juta kilogram per tahun untuk menghasilkan lebih banyak peraih Nobel. Demikian menurut Franz Messerli, salah satu ilmuwan yang melakukan analisis.

"Jumlah yang diperlukan sebenarnya sangat menakjubkan," kata Messerli. "Orang Swiss makan 120 batang cokelat, masing-masing batang seberat 85 gram, per tahun, untuk setiap pria, wanita, dan anak-anak. Itu rata-rata," kata dia.

Ia mencetuskan ide itu setelah melihat studi terkait flavonoid, jenis antioksidan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Kakao dan cokelat kaya kandungan subkelompok flavonoid yang dikenal sebagai flavanol. Jenis antioksidan yang ditemukan di teh hijau dan minuman anggur (wine) merah.

Ia mulai dengan data industri terkait asupan cokelat di 23 negara dan daftar ranking negara-negara di Wikipedia, terkait jumlah peraih Nobel per kapita. "Aku mulai merencanakan penelitian ini di kamar hotelku di Kathmandu, saat itu aku tak punya hal lain untuk dilakukan, dan aku nyaris tak percaya pada apa yang kulihat," kata dia kepada laman Reuters Health. "Makin banyak konsumsi coklat suatu negara, makin banyak jumlah peraih Nobel perkapita."

Ini bukan kali pertamanya ilmuwan menemukan korelasi aneh yang menentang logika. Misalnya jumlah burung bangau (stork) di seluruh Eropa terkait dengan angka kelahiran. Atau juga, jumlah bintik matahari, dikaitkan dengan bunuh diri di kalangan pria.

Namun, ada penjelasan yang lebih masuk akal soal korelasi cokelat dan Nobel. "Konsumsi cokelat nasional berkorelasi dengan kesejahteraan negara itu. Sementara, penelitian berkualitas tinggi berkaitan dengan tingkat kesejahteraan di negara itu," kata Eric Cornell, fisikawan AS peraih Nobel Fisila tahun 2011, berbagi dengan ilmuwan lain.

"Maka dari itu cokelat berkorelasi dengan penelitian berkualis tinggi, tapi tak ada hubungan sebab akibat."

Kembali soal cokelat, para peneliti menyarankan cokelat hitam (dark chocolate) punya manfaat ke otak, jantung, bahkan mengurangi kelebihan berat badan.

Namun, tak semua ilmuwan setuju cokelat ada kaitannya dengan peningkatan berpikir. Karena bukti yang diajukan masih jauh dari mengesankan. "Aku belum melihat alasan yang bisa membuatku menambahkan cokelat pada dietku," kata Yoni Freedhoff,  assistant professor kesehatan keluarga University of Ottawa, Kanada.

Kiprah Ninja Xpress Jadi 'Teman' UMKM Bantu Naik Kelas

Sumber: Reuters

Bank Mandiri secara resmi mengumumkan tim voli putri profesional

Siap Tanding ! Bank Mandiri Resmi Umumkan Tim Proliga 2024 Putri, Jakarta Livin' Mandiri (JLM)

Menjelang kompetisi voli terbesar di Indonesia, Proliga 2024, Bank Mandiri secara resmi mengumumkan tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin’ Mandiri (JLM).

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024