Film Anti-Islam Jadi Alasan Saudi Desak Sensor di Internet

ilustrasi cyber crime
Sumber :
  • issa-eg.org

VIVAnews - Pemerintah Arab Saudi mendesak badan internasional di bawah Persatuan Bangsa Bangsa untuk segera memberlakukan sensor di internet. Permintaan Saudi ini terkait kontroversi film anti-Islam berjudul "Innocence of Muslims" yang memicu sejumlah demonstrasi berujung kekerasan di sejumlah negara Timur Tengah.

Permintaan Saudi ini disampaikan dalam pertemuan internasional yang membahas tata kelola pemerintahan di internet.

"Terdapat upaya memelas untuk meminta kolaborasi internasional agar bicara mengenai 'kebebasan berekspresi'. Padahal mereka jelas tak peduli dengan aturan publik," demikian pernyataan Arab Saudi, dilansir dari The Telegraph.

Kepada World Telecommunications Policy Forum, sebuah lembaga PBB terkait, Saudi menyebut peristiwa itu sebagai "contoh jelas" akan butuhnya kerjasama internasional dalam membatasi konten online.

"Setiap orang yang punya kesadaran akan tahu bahwa film ini dapat memicu kekerasan. Banyak orang tak bersalah yang tewas dan terluka akibat film ini," demikian pernyataan Saudi.

Film besutan sutradara Nakoula Basseley Nakoula alias Sam Becile itu memang dianggap terlihat jelas melecehkan Nabi Muhammad. Tak hanya itu, bahkan para pemain film merasa ditipu oleh Sam Becile. Sebab para pemain film itu yang tak tahu bahwa film itu melecehkan Muhammad. Saat akting, tokoh utama film itu disebut "Master George", namun kemudian di-dubbing dan berubah menjadi Muhammad.

Meski begitu Google menolak untuk menghapus trailer film berdurasi 14 menit itu di situs video sharing YouTube. Bahkan permintaan Gedung Putih untuk menghapus film itu tak dipedulikan Google.

"Video ini, yang telah menyebar secara luas di internet, sangat jelas sesuai aturan kami dan akan terus berada di YouTube," demikian pernyataan Google, dikutip dari The Telegraph.

Sengketa Pilpres Dinilai Jadi Pembelajaran, Saatnya Prabowo-Gibran Ayomi Semua Masyarakat

Meski begitu, Google membatasi akses terhadap video YouTube itu, di sejumlah negara yang meminta pemblokiran secara resmi. Negara itu antara lain Mesir, Libya, Indonesia, India, dan Malaysia.

Sikap Google ini tak membuat puas pemerintah Arab Saudi. "Tingkah itu (posting video), sama seperti aktivitas kriminal dan berbahaya lain seperti pornografi anak, pencurian identitas di internet, spam, penyangkalan akan serangan sebuah layanan, dan malware, yang ditujukan untuk menghancurkan dan merusak bisnis. Inter alia (seperti hal lain itu), harus didesak oleh berbagai negara dengan kolaborasi dan kerjasama dan keinginan kuat untuk memperkuat kerjasama," demikian pernyataan Saudi. (umi)

Mengganas di Piala Asia, Timnas Indonesia U-23 Jadi Perbincangan di Qatar
Airlangga Hartarto Didukung Satkar Ulama jadi Ketum Golkar 2024-2029

Airlangga Dapat Dukungan Satkar Ulama jadi Ketum Golkar Lagi, Didoakan Menang Aklamasi

Dukungan ke Airlangga Hartarto, untuk kembali memimpin Partai Golkar, terus berdatangan. Kali ini, dari organisasi didirikan Golkar, yakni Satuan Karya atau Satkar Ulama.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024