Felix Baumgartner: Liar, Brutal, Serasa di Neraka

Felix Baumgartner lompat dari kapsul di stratosfer
Sumber :
  • REUTERS/Red Bull Content Pool/Handout

VIVAnews - Dari sudut pandang jutaan orang, adegan menegangkan berdurasi 9 menit 3 detik, saat Felix Baumgartner melompat dari ketinggian 39.068 meter, adalah tontonan mengagumkan yang berakhir bahagia. Sang Penerjun selamat, dielu-elukan saat memecahkan tiga rekor sekaligus.

Namun, bagi Baumgartner detik-detik itu adalah sebuah pertaruhan, antara hidup dan mati. Lelaki berjuluk "Felix Si Pemberani" mengaku, aksinya nyaris menjadi malapetaka. Ia serasa di neraka.

Lelaki pemberani asal Austria itu menceritakan, tekanan terasa kuat di kepalanya saat ia mencapai kecepatan tertinggi 833,9 mph atau 1.342 kilometer per jam.

Para pendukungnya di Bumi, termasuk ibu dan kekasihnya, Nicole Oelt jantungnya nyaris copot saat melihat Baumgartner berjuang selama 35 detik mengatasi putaran datar liar yang bisa menyebabkan pendarahan di otak dan genangan darah di matanya.

Pria 43 tahun, yang sengaja tidak menengok ke bawah sebelum melompat mengatakan, awalnya penerjunan berlangsung sempurna. "Saya pikir saya akan bisa mengontrolnya, tapi yang terburuk terjadi. Aku berputar dengan cepat, tak terkendali. Benar-benar brutal saat itu," kata Felix dikutip Telegraph.

Selama beberapa detik, ia merasa nyaris pingsan. "Untunglah aku berhasil menghentikannya. Itu sangat sulit, lebih sulit dari yang kami kira," kata Baumgartner. "Dalam situasi seperti itu, saat Anda berputar liar, rasanya seperti neraka. Sama sekali tidak tahu apakah putaran itu akan berhenti atau tidak. Tentu saja, rasanya sangat menakutkan. Aku terus berjuang sepanjang jalan turun karena aku yakin, akan ada momentum di mana aku bisa mengendalikannya."

Baumgartner lalu mendeskripsikan perjuangannya selama empat menit 20 detik saat ia terjun bebas dari lapisan udara tipis stratosfer. "Rasanya seperti berenang tanpa menyentuh air. Ini sangat sulit, sebab saat berputar tak terkendali, Anda harus berpikir apa yang harus dilakukan. Lalu aku merentangkan lenganku, yang terjadi justru lebih buruk".

Saat itu ia sama sekali tak menyadari telah melampaui kecepatan suara. "Aku tak merasakan ledakan sonik."

Butuh tujuh tahun untuk mempersiapkan lompatan fenomenal itu. Dengan beberapa kali penundaan akibat faktor cuaca. Bahkan di menit-menit terakhir, misi itu nyaris gagal karena helm pelindung anti-panasnya yang beruap. "Aku memutuskan untuk melompat. Dan itu adalah keputusan yang tepat."

Baumgartner mengaku, yang terlintas dalam pikirannya adalah bagaimana agar tidak sampai jatuh di depan keluarga dan orang-orang tercinta. "Tentunya tak ada yang mau mati di depan orangtua dan orang-orang yang berarti itu. Saat itu aku berdoa, 'Tuhan, tolong jangan biarkan aku jatuh'." (umi)

Sekjen PKS: Kalau Pak Prabowo Datang Kita Akan Beri Karpet Merah Sebagai Presiden Pemenang
Edukasi Media Center Haji 1445 H/2024

Bawa Kabar dari Tanah Suci, Peran Media Optimalkan Penyelenggaraan Ibadah Haji

Mulai persiapan penyelenggaraan ibadah haji, tata cara, hingga kesehatan serta keselamatan selama di Tanah Suci dapat disebarkan secara luas dan cepat melalui media.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024