Waspada, Radiasi Nuklir Cemarkan Laut Jepang

Warga Jepang Protes Tentang Nuklir
Sumber :
  • REUTERS/Issei Kato
VIVAnews -
Pengakuan Jujur Shin Tae-yong Usai Ernado Ari Gagalkan Penalti Australia
Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, Jepang kembali bocor. Kebocoran radiasi kali ini mencatat tingkat yang tertinggi, 18 kali lebih besar dari radiasi sebelumnya yang ditemukan di dekat tangki penyimpanan air Fukushima Daiichi,
Guardian
5 Negara yang Pasok Senjata Terbesar ke Israel untuk Lawan Iran, AS Jadi yang Terbesar
melaporkan, Minggu 1 September 2013.
Kanye West Dilaporkan Akibat Diduga Meninju Pria yang Melecehkan Istrinya, Bianca Censori

Operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power (Tepco)  mengatakan tingkat radiasi di bagian bawah tangki terukur 1.800 millisieverts per jam. Dengan tingkat ini, orang yang terkena radiasi, bisa tewas dalam empat jam.

Anehnya, operator itu mengatakan, tingkat air dalam tangki indikator tidak berubah. Sampai saat ini, perusahaan itu belum mengetahui penyebab lonjakan radiasi itu.


Sebelumnya, kebocoran tangki pernah terjadi. Bulan lalu, Tepco mengatakan, tangki penyimpanan lain telah bocor 300 ton air radioaktif yang diprediksi mengalir ke laut. Sayangnya, saat itu, Tepco disebutkan terlambat mengkonfirmasi kebocoran itu.


Para ahli mengatakan kebocoran kemungkinan mulai setelah pembangkit itu dilanda tsunami besar dan gempa berkekuatan 9 SR pada 11 Maret 2011 silam.


Akibat bencana itu, lebih dari 19.000 orang tewas dan memaksa 160.000 orang meninggalkan rumah mereka karena rusaknya fasilitas Fukushima Daiichi.


Makin waspada


Pekan lalu, pengawas nuklir Jepang telah menaikkan tingkat keparahan kebocoran, dari level satu menjadi level tiga. Berdasarkan tingkat radiologi Badan Energi Atom Internasional pada skala maksimal delapan level, level tiga merupakan kategori insiden serius. Harus diwaspadai.


Tingkat paparan radiasi yang masih diperbolehkan yakni 50 millisievert tiap tahun. Tapi, pengukuran yang dilakukan Tepco menunjukkan tingkat radiasi 230 millisievert per jam, angka itu naik dari radiasi 70 millisievert per jam pada bulan lalu.


Baru-baru ini Tepco mengakui awalnya hanya menugaskan dua pekerja saja untuk memeriksa lebih dari 1.000 tangki peyimpanan di pembangkit.


Ironisnya, pekerja itu tak satupun memakai dosimeter, alat pengukur radiasi, dan beberapa inspeksi tidak dicatat. Setelah dikritik, Tepco menambah pengawasan jadi 50 pekerja.


40 tahun lagi


Beberapa pihak lantas menilai Tepco tidak mampu mencegah dampak yang lebih besar dari kerusakan pembangkit itu. Oleh karena itu, muncul keraguan terhadap Tepco.


Untuk menonaktifkan pembangkit itu dibutuhkan biaya puluhan miliar dolar dan kemungkinan bisa rampung sekitar 40 tahun mendatang.


Memang Tepco mengakui upaya itu merupakan tugas yang berat. Untuk itu, pihak perusahaan telah meminta pemerintah turun tangan. Sementara PM Jepang Shinzo Abe menyambut bahwa pemerintah akan memainkan peran yang lebih besar dalam upaya itu.


"Kita tidak dapat sepenuhnya menghentikan kebocoran air yang terkontaminasi. Ini kenyataannya. Air masih bocor ke laut dan kita harus lebih sigap menilai dampak lingkungannya," ujar Ketua Otoritas Regulasi Nuklir Jepang, Shunichi Tanaka.


Penanganan Tepco menangani kebocoran radiasi juga membuat kesal nelayan di wilayah selatan instalasi pembangkit. Sejak bencana tsunami dua tahun silam, nelayan belum bisa menangkap ikan secara komersil.


Sedangkan nelayan sebelah utara pembangkit, mengaku hanya dapat menangkap gurita dan siput laut.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya