Sering ke Tempat Ibadah, Angka Kriminalitas Turun

Misa Natal di katedral
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews -
Busana Salma Salsabil Saat Kondangan ke Rizky Febian dan Mahalini Jadi Sorotan
Studi terbaru dari Manchester University menemukan bahwa orang yang teratur mengunjungi tempat ibadah cenderung jarang melakukan kejahatan sehingga angka kriminalitas menurun.

Sadis! Pria Tewas Terbungkus Sarung Ternyata Dibunuh Keponakan Saat Makan

Studi itu menemukan hubungan langsung antara kunjungan ke tempat religi yang lebih tinggi akan menghasilkan angka kejahatan yang lebih rendah, dilansir
Polisi di Kayong Utara Diduga Lecehkan ART dan Anak Angkat
Daily Mail, Rabu 15 Januari 2014.


Peneliti memaparkan, ketika mengunjungi tempat ibadah, seseorang tidak hanya diajarkan norma perilaku dan moral saja, namun ia secara sadar atau tidak sadar menghabiskan waktu bersama orang saleh, yang mana akan mengecilkan kemungkinan individu itu bergaul dengan orang yang bermasalah.


Dalam melakukan studi ini, peneliti mewawancarai lebih dari 1.200 responden berusia 18 hingga 34 tahun dari seluruh agama besar di Inggris Raya.


Responden ditanyai seputar kebiasaan spritual mereka. Responden juga ditanyakan soal pelanggan undang-undang yang pernah dilakukan sampai kemungkinan melakukan kejahatan kecil di masa mendatang.


Secara keseluruhan, peneliti menanyakan seputar delapan jenis kenakalan, meliputi buang sampah sembarangan, bolos sekolah atau bekerja, menggunakan obat terlarang, tak membayar tarif layanan umum, mengutil, membajak konten musik, merusak properti sampai kekerasan terhadap sesama.


Alhasil, studi menemukan berbagai tingkat hubungan antara kunjungan ke tempat ibadah (gereja) dan penurunan tingkat kejahatan. Penurunan paling siginifikan yaitu dalam hal mengutil, konsumsi obat terlarang, dan pembajakan musik.


"Mengunjungi tempat ibadah memicu penurunan signifkan dalam kemungkinan terlibat jenis aksi kriminal dan kenakalan tertentu," ujar Mark Littler, mahasiswa doktoral Manchester University, yang juga memimpin studi ini.


Dia menekankan, temuan studinya sejalan dengan penelitian terhadap orang Amerika yang pernah dilakukan sebelumnya. Littler mengatakan, perlunya berbaur dengan sesama pemeluk agama, terlepas itu dalam hal ibadah formal, keterlibatan sosial, atau hanya menghabiskan waktu senggang bersama.


"Hasil ini menunjukkan gambaran yang lebih positif kehidupan beragama di Inggris daripada adzab dan kesuraman yang Anda baca di surat kabar," katanya.


Kendati menguatkan nilai hidup orang beragama, Littler menggarisbawahi, temuan ini tak lantas menjadi pukulan bagi pendukung ateisme.


"Praktik keagamaan intinya merupakan norma perilaku sosial. Bagi orang lain, lebih sekuler, norma perilaku mungkin melayani peran yang sama," jelas dia.

 

Studi semacam ini merupakan studi pertama kali di daratan Inggirs Raya. Studi ini danai Bill Hill Charitable Trust dan dijadwalkan terbit akhir tahun ini.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya