WHO: Polusi Udara Indoor Risiko Kesehatan Lingkungan Terbesar

Masker polusi udara
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan bahwa polusi udara merupakan risiko kesehatan lingkungan tunggal terbesar di dunia. 
Lupakan Kekalahan dari Qatar, Timnas Indonesia U-23 Harus Fokus Benamkan Australia

Kesimpulan WHO itu berdasarkan perkiraan data pada 2012, di mana tujuh juta orang meninggal tiap tahun akibat paparan polusi udara. Data kematian itu melonjak dua kali dari perkiraan badan dunia pada 2008 silam.
5 Fakta Menarik Jelang Duel Bayern Munich vs Arsenal di Liga Champions

Hal yang mengejutkan itu, seperti dilansir National Geographic, Rabu 26 Maret 2014, WHO mengatakan penghasil polusi udara yang sering terjadi yakni polutan dari dalam ruangan, yang muncul dari bagian dapur dengan bahan padat kotor, seperti seperti kayu, batu bara, sampai kotoran sapi. 
Seminggu Setelah Kepergian, Istri Babe Cabita Disebut Masih Sering Melamun

Kirk Smith, Profesor kesehatan lingkungan global Universitas California Berkeley, AS yang sejak 1970-an mempelajari efek dapur menggunakan bahan bakar padat itu memaparkan risiko polusi udara dari dapur.

Menurutnya, begitu api menyala dengan bahan padat tersebut, sama dengan seseorang membakar 400 batang rokok per jam. 

Penjelasan lebih ilmiah disampaikan Carlos Dora, koordinator unit Intervensi Kesehatan Lingkungan WHO. Dapur dengan bahan padat memaparkan partikel polusi udara akut.

"Rumah dengan tungku kotor menggunakan batu bara bisa mencapai 2.000 atau 3.000 mikrogram per meter kubik partikel," kata Dora. 

Angka itu, tambahnya, mencapai 200 sampai 300 kali dari standar rata-rata harian konsentrasi partikel halus maksimum WHO yang dapat menetap dalam paru-paru manusia. 

Untuk diketahui standar WHO menetapkan partikel halus yang dapat berdampak pada paru-paru yairu 25 hingga 100 kali lebih kecil dari rambut manusia. 

Disebutkan, partikel kotor mikroskopik yang terhirup menyebabkan lebih parah dari kanker paru-paru. Dari tujuh juta kematian permatur itu, kanker paru-paru hanya berkontribusi enam persen saja dari kematian tersebut.

Polusi udara dan penyakit jantung

Laporan terakhir WHO menunjukkan bukti kerusakan jaringan jantung akibat polusi udara kian meningkat. Inilah yang diprediksi yang menyebabkan jumlah kematian meningkat secara dramatis. 

"Ada banyak studi epidemiologi yang menunjukkan hubungan jelas antara polusi udara dan penyakit jantung serta stroke. Bukti ini kuat. Kami memiliki model yang lebih baik bagaimana perjalanan polusi dan stasiun pemantauan yang lebih banyak di daerah pedesaan," jelasnya. 

Saat ini, menurut WHO, hampir tiga juta orang di dunia menggunakan bahan bakar padat kotor untuk memasak. Perempuan dan anak-anak yang tiap hari berurusan dengan dapur, disebutkan paling beresiko terkena polusi daripada laki-laki. Perbandingannya 49 persen dengan 42 persen untuk pria.

Dora mengatakan bahwa pada pria umumnya memiliki lebih banyak faktor risiko polusi dari merokok atau diet lemak tinggi. 

Laporan WHO itu mengukur dampak polusi global berdasarkan wilayah. Pasifik Barat, Asia Tenggara dan Afrika menyumbang hampir empat juta kematian prematur. Sedangkan di wilayah Eropa dan Amerika yang telah memiliki aturan ketat soal polusi udara, disebutkan kurang dari 400 ribu kematian prematur. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya